Kamis, 16 Januari 2014

Book Review : And The Mountains Echoed

As i promised u, this is it... un-birthday-thingy post :P

So guys, starting from this year, I'm trying to do Book Review and share it in to my blog. Aku sih ga netepin target harus ada berapa buku, but at least minimal ada satu buku untuk 1 bulannya. Lebih sih alhamdulillah :D

Oh iya, it's gonna be a very long post, and i won't split it into some parts, so do please prepare your stamina, hehe dan tolong jangan anggap aku sebagai spoiler ya, hiks. Kayak film gitu kan, kalo ada yang mau cerita tentang isi film itu pasti langsung dihujat habis-habisan dan dianggap spoiler tak berperikemanusiaan dan berperikeadilan *lebay
So, for those who feel annoyed about the content, please don’t continue reading this post ya, I’m warning u already ;P

Nah buku yang akan aku review kali ini adalah sebuah novel fiksi karya Khaled Hosseini. Dia ini adalah salah satu penulis favorit aku. Karyanya sejauh ini baru 3. Can’t wait to have him write another gorgeous books! Novel-novelnya yaitu The Kite Runner (ini novel asli keren banget, World Best Seller, u should give it a shot really), A Thousand Splendid Suns (yang ini juga Best Seller tapi aku belom sampe habis bacanya T_T) dan yang terakhir adalah And The Mountains Echoed.

Novelnya yang akan aku review yaitu karya ketiganya ini, baru aku beli akhir Desember 2013. Sebenernya terbitnya uda lama, cetakan pertamanya bulan Juli 2013.

Cover yang dijual di Indonesia
Novel Khaled yang berjudul And The Mountains Echoed ini berlatar sama seperti dua novel sebelumnya, yakni kehidupan di Afghanistan. Melalui bahasa tulisannya, aku merasa seperti dibawa ke masa lalu dimana aku bener-bener bisa ngerasain kehidupan Afghanistan dulu kayak gimana. Well, ini bukan novel agama kok, semua penganut agama manapun bisa baca novel ini tenang aja :) Isinya lebih menitikberatkan pada kehidupan sosialnya, interaksi antarmanusia, budaya negara dan berbagai aspek kehidupan yang sangat humanis.

Dari awal, Khaled mengajak kita untuk melihat kehidupan sebuah keluarga Afgan yang terdiri dari Baba Saboor (sang ayah), Parwana (ibu tiri Abdullah-Pari), Abdullah (tokoh utama), Pari (adik tokoh utama). Di luar tokoh tersebut merupakan tokoh tambahan yang juga sangat kuat karakternya dalam menunjang alur dalam novel ini.

Selanjutnya, kita dimanjakan dengan keindahan hubungan kakak beradik Abdullah dan Pari yang saling menyayangi. Sebuah lukisan nyata dimana seorang kakak yang sangat mencintai adiknya bahkan lebih  besar dari cinta yang dapat sang ayah tunjukkan pada mereka. Cinta Abdullah kepada Pari yang bisa membuat hati ini terenyuh. Cinta seorang kakak kepada adik perempuannya yang akhirnya harus berpisah karena keadaan ekonomi. Jujur, pas baca halaman dimana  mereka pisah itu aku nangis lho T_T

Khaled juga mengisahkan tentang kehidupan Parwana dan Masooma (saudara kembarnya) yang mencintai pria yang sama yaitu Saboor. Tumbuh dengan tingkat kecantikan dan kepopuleran yang berbeda, mengakibatkan penerimaan keduanya di dalam masyarakat juga berbeda. Di dalam buku ini dikisahkan bagaimana saudara kembar itu saling medukung sampai kemudian salah satunya harus berkorban demi yang lain.

Halaman-halaman selanjutnya bertutur tentang Suleiman Wahdati dan Nila (istrinya), Nabi (sang sopir) dan kehidupan Pari setelah berpisah dengan Abdullah.  Pernikahan Suleiman dan Nila ditentang oleh keluarga besar Suleiman karena saat itu Nila dikenal sebagai wanita tak bermoral dan bermartabat karena sering bergonta ganti pasangan tidur. Bukan… bukan pelacur, hanya saja itu sudah jadi hari-hari yang biasa dilalui Nila. Nila sendiri adalah seorang anak dari pejabat yang tersohor di Kabul dan ibunya adalah seorang wanita cantik asal Perancis. Kehidupan pernikahan Suleiman dan Nila berjalan sangat datar. (Bahkan aku sempat berdoa semoga aku ga akan mengalami pernikahan seperti itu. Amin).

Kehidupan pernikahan Suleiman dan Nila sedikit berubah ketika Pari datang dalam kehidupan mereka. Pari seperti bidadari kecil yang mewarnai kehidupan muram mereka. Hari-hari setelah kedatangan Pari merupakan hari-hari indah bahkan sangat indah sampai akhirnya Suleiman terkena stroke dan itu membuat Nila memutuskan untuk pindah ke Paris dengan membawa Pari. Suleiman sendiri akhirnya tinggal di Kabul dan diurus oleh Nabi. Alur-alur tak terduga berikutnya membawa kita pada kenyataan tak terduga.Pas aku baca halaman ini, aku yang langsung WHAT?! Kepikiran bikin alur gini ya om Khaled ini. Keren! Ga nyangka.

Kehidupan yang dijalani Suleiman dan Nabi bahkan lebih mengharukan. Bagaimana seorang Nabi yang ikhlas merawat Suleiman, bahkan diceritakan selanjutnya hubungan mereka bukan lagi seperti majikan dan sopir melainkan seperti sepasang sahabat. You know what guys, I think you should read this novel by your self! Even I can’t tell u the whole story to express the real meaning that Khaled want to deliver to his readers. Ga ada cerita menjijikan kok di sini, tenang aja :) Sampai Suleiman meninggal pun, mereka saling menyayangi dan Suleiman mewariskan semua kekayaannya pada Nabi.

Cerita perang di sini yang paling aku ga suka, sebel, ngebetein deh kenapa harus ada perang. Jadi ada perang sekitar tahun 1990 antara kelompok Ahmad Shah Massoud dan Guluddin Hekmatyar, Aliansi Utara, Taliban dan Soviet. Ntah mau ngapain mereka, ga penting banget bagiku. I was born to hate war history thingy I guess XD

Dengan adanya perang ini banyak korban berjatuhan, rumah-rumah dan fasilitas umum hancur berantakan dan hal ini mengundang simpati dunia sehingga banyak relawan yang datang dari berbagai negara untuk membantu Kabul yang saat itu menjadi sebuah negara yang hancur berantakan. Salah satu relawan tersebut bernama Markos Varvaris. Dia adalah seorang dokter ahli bedah asal Yunani. Kemudian diceritakan tentang kehidupan Markos dan bagaimana Markos bisa terlibat dalam kehidupan Pari.

Halaman berikutnya memasuki cerita tentang kehidupan Nila dan Pari di Perancis. Nila menghidupi dirinya dan Pari sebagai seorang penyair. Karya-karyanya bagus dan diakui banyak khalayak. Hubungan Nila dan Pari tidak bisa dikatakan berjalan mulus. Banyak sekali cerita menarik di bagian ini, Khaled begitu apik mengemasnya, menjadikan setiap kejadian yang dialami tokohnya seakan nyata dan membawa angan tersendiri bagi pembacanya.

Uhuk i won't tell u what happent next. Endingnya sih agak blur ya, pembaca disuruh menerka sendiri endingnya yang tepat gimana. Jujur agak kecewa sama endingnya, tapi mengikuti dari awal alur ceritanya, aku takjub sama novel ini. Aku ga nyangka kejadian-kejadian berikutnya yang terjadi dengan tokohnya. Khaled menceritakan semua sejarah dari tiap tokoh. Semua tokohnya yang saling berkaitan. I was speechless. Totally. And The Mountains Echoed is just as cool as his previous novels.

Ah cape juga euy, tapi semoga kalian ga cape bacanya ya. Dan aku saranin sekali lagi, lebih enakan baca sendiri novelnya. Banyak kejadian-kejadian yang ga akan kita sangka di dalamnya. Sampai jumpa lagi di review novel-novel selanjutnya ya :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar